Jika melihat sejarah, maka Muhammad sebelum diangkat
menjadi Rasul oleh Allah, Beliau telah menjalankan kehidupan sufi. Ketika itu kemusyrikan
masyarakat Arab, terutama Mekkah telah melampaui batas. Agama Nabi Ibrahim
sebagai nenek moyang yang sebenarnya mengajarkan keesaan Allah telah dicampur
aduk. Sebagian mereka mengakui adanya Tuhan tapi masih membuat patung berhala
yang diposisikan sejajar dengan Allah. Sebenarnya sejak lahir manusia dibekali
dengan Nur Ilahiyah. Artinya, tanpa diajari manusia telah mampu untuk
membedakan mana yang baik, mana yang buruk, mana yang benar, dan mana salah.
Namun ketika itu Nur Ilahiyah masyarakat Mekkah telah tertutup kesombongan,
hawa nafsu, dan sifat tercela lainnya.
Meskipun di lingkuangan sosialnya terjadi
penurunan moral, Nur Ilahiyah Muhammad masih bisa berpikir jernih. Beliau masih
berpegang teguh pada kebenaran dan menentang segala bentuk kemusyrikan
masyarakat Mekkah. Sejalan dengan itu, kematangan berfikir Muhammad mengajak
untuk berusaha menghindar dari mereka dan menyendiri ke goa Hira’. Langkah tersebutlah
yang disebut Uzlah, yang artinya
mengasingkan diri. Muhammad datang ke goa Hira’ dengan tujuan untuk
menjernihkan pikiran dan istirahat sejenak dari kesibukan duniawi sebagai pedagang.
Beliau tidak mau menenggelamkan diri dalam kesibukan duniawi. Beliau menyendiri
untuk mencari kebeningan hati, sehingga menghasilkan sesuatu yang positif dalam
menjalani hidup.
Selama ber-Uzlah, Muhammad yang hatinya telah jernih dan jiwanya suci
melakukan perenungan tentang jagat raya yang luas diluar sana. Beliau merasa
dibalik semua itu semua ada kekuatan yang menciptakannya. Renungan ruhaniyah
itu menyebabkan jiwanya terbuka untuk menerima wahyu kebenaran dari Allah SWT.
Ilham dan wahyu tidak mungkin diterima olah hati yang masih memiliki sifat
tercela meskipun seberat debu. Namun ilham dan wahyu mengalir dengan mudah di
dalam dada Muhammad. Inilah puncak Ma’rifat
yang diperoleh dan dirasakan oleh Muhammad Rasulullah SAW.
Satu hal yang terpenting dalam ber-Uzlah ialah mendapatkan akidah yang
benar. Muhammad dalam bermenung telah menemukan siapa sejatinya Tuhan yang
wajib disembah. Keyakinannya menjadi bersih, menuju pada satu titik kekuatan
dan kekuasaan yaitu Allah SWT. Di dalam qalbu beliau telah tertancap keimanan
bahwa Allah SWT, sang penguasa yang tidak boleh disekutukan dengan apapun.
Rasulullah tidak hanya memberi teori terhadap akhlak
dan budi pekerti luhur, namun beliau secara langsung memberi contoh dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap sederhana dan bersahaja selalu dicontohkan kepada
para sahabatnya. Harta Rasulullah seluruhnya digunakan untuk pembiayaan jihad. Bagi
beliau, harta harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat dan bukan untuk
dimiliki sendiri. Itulah kesederhanaan Rasulullah SAW. Terhadap harta benda, di
dalam hati beliau telah lenyap rasa rakus. Hal ini berkat perjalanan hidupnya
dalam ‘bertariqat’ menapaki kesufian melalui perenungan. Jadi ajaran tasawuf
sebenarnya telah diterapkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW semasa
hidupnya.