Kamis, 13 Oktober 2016

Kesufian Sebelum dan Setelah Kenabian Muhammad

Jika melihat sejarah, maka Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul oleh Allah, Beliau telah menjalankan kehidupan sufi. Ketika itu kemusyrikan masyarakat Arab, terutama Mekkah telah melampaui batas. Agama Nabi Ibrahim sebagai nenek moyang yang sebenarnya mengajarkan keesaan Allah telah dicampur aduk. Sebagian mereka mengakui adanya Tuhan tapi masih membuat patung berhala yang diposisikan sejajar dengan Allah. Sebenarnya sejak lahir manusia dibekali dengan Nur Ilahiyah. Artinya, tanpa diajari manusia telah mampu untuk membedakan mana yang baik, mana yang buruk, mana yang benar, dan mana salah. Namun ketika itu Nur Ilahiyah masyarakat Mekkah telah tertutup kesombongan, hawa nafsu, dan sifat tercela lainnya.
Meskipun di lingkuangan sosialnya terjadi penurunan moral, Nur Ilahiyah Muhammad masih bisa berpikir jernih. Beliau masih berpegang teguh pada kebenaran dan menentang segala bentuk kemusyrikan masyarakat Mekkah. Sejalan dengan itu, kematangan berfikir Muhammad mengajak untuk berusaha menghindar dari mereka dan menyendiri ke goa Hira’. Langkah tersebutlah yang disebut Uzlah, yang artinya mengasingkan diri. Muhammad datang ke goa Hira’ dengan tujuan untuk menjernihkan pikiran dan istirahat sejenak dari kesibukan duniawi sebagai pedagang. Beliau tidak mau menenggelamkan diri dalam kesibukan duniawi. Beliau menyendiri untuk mencari kebeningan hati, sehingga menghasilkan sesuatu yang positif dalam menjalani hidup.
Selama ber-Uzlah, Muhammad yang hatinya telah jernih dan jiwanya suci melakukan perenungan tentang jagat raya yang luas diluar sana. Beliau merasa dibalik semua itu semua ada kekuatan yang menciptakannya. Renungan ruhaniyah itu menyebabkan jiwanya terbuka untuk menerima wahyu kebenaran dari Allah SWT. Ilham dan wahyu tidak mungkin diterima olah hati yang masih memiliki sifat tercela meskipun seberat debu. Namun ilham dan wahyu mengalir dengan mudah di dalam dada Muhammad. Inilah puncak Ma’rifat yang diperoleh dan dirasakan oleh Muhammad Rasulullah SAW.
Satu hal yang terpenting dalam ber-Uzlah ialah mendapatkan akidah yang benar. Muhammad dalam bermenung telah menemukan siapa sejatinya Tuhan yang wajib disembah. Keyakinannya menjadi bersih, menuju pada satu titik kekuatan dan kekuasaan yaitu Allah SWT. Di dalam qalbu beliau telah tertancap keimanan bahwa Allah SWT, sang penguasa yang tidak boleh disekutukan dengan apapun.
Rasulullah tidak hanya memberi teori terhadap akhlak dan budi pekerti luhur, namun beliau secara langsung memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Sikap sederhana dan bersahaja selalu dicontohkan kepada para sahabatnya. Harta Rasulullah seluruhnya digunakan untuk pembiayaan jihad. Bagi beliau, harta harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat dan bukan untuk dimiliki sendiri. Itulah kesederhanaan Rasulullah SAW. Terhadap harta benda, di dalam hati beliau telah lenyap rasa rakus. Hal ini berkat perjalanan hidupnya dalam ‘bertariqat’ menapaki kesufian melalui perenungan. Jadi ajaran tasawuf sebenarnya telah diterapkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar