Rabu, 12 Oktober 2016

Tasawuf

Memahami Ajaran Tasawuf

Sesungguhnya tasawuf adalah ilmu yang berdiri sendiri. Namun masih merupakan kesatuan dari tata cara peribadatan dan tauhid. Sejak zaman Rasulullah SAW tasawuf sudah dikenal dan diamalkan. Sesungguhnya adanya tasawuf itu sejalan dengan kehadiran Islam. Rasulullah SAW sendiri sebelum diangkat sebagai Nabi, Beliau telah mengamalkan tasawuf dalam kehidupan batiniahnya. Karena tasawuf menitikberatkan pada masalah jalan yang ditempuh untuk menuju kepada Tuhan. Rasulullah SAW saat itu ingin terus menerus membersihkan jiwa dengan cara amaliyah, yakni menyendiri ke goa Hira’. Disamping itu, Beliau telah menata hatinya agar bersifat qana’ah. Menjaga hati dari sifat tercela seperti hasud, sombong, dengki, riya’ dan sifat jahat lainnya.
Ada yang berpendapat bahwa Muhammad diangkat menajdi Nabi karena keluhuran akhlak, kejernihan jiwanya dan terus menerus memperkuat akidahnya kepada Allah. Di mana ketika itu orang-orang arab beragama dan mengakui adanya Tuhan, tetapi masih bercampur aduk dengan kemusyrikan. Mereka mengakui adanya bahwa disisi Tuhan masih ada kekuatan-kekuatan lain, sehingga mereka menyembah berhala-berhala di lingkungan Ka’bah. Kenyataan ini tidak disukai oleh Rasulullah SAW. Di dalam hatinya, Rasulullah tidak ingin menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan berhala yang ada di sekitar Ka’bah sebagaimana yang mereka sembah. Jadi sesungguhnya Rasulullah adalah orang sufi pertama dalam Islam. Hanya saja sebelum ajaran Islam diterimanya, kesufian Rasulullah sebatas pada amaliyah pribadi dan dengan caranya sendiri.
Tasawuf bukanlah ajaran mistik yang mengarah pada klenik dan perdukunan. Selama ini banyak orang menganggap bahwa belajar ilmu tasawuf akan mengerti hal-hal ghaib, berhubungan dengan roh-roh dan sejuta cerita lain yang cenderung mengarah pada ketidakbenaran. Sesungguhnya ajaran tasawuf tidak menyuguhkan tentang keajaiban yang dipamerka-pamerkan. Justru orang yang telah mencapai tingkat makrifat, maka ia akan semakin arif. Ibarat padi, semakin berisi semakin menunduk. Semakin tinggi derajat kesufiannya semakin tidak diketahui orang bahwa dia adalah ahli ibadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar